Join now!!! cara mudah dapat dollar just click it

Sabtu, 30 Mei 2009

Pesta Adat Mallassuang Manu

A. Selayang Pandang

Apabila Anda berkunjung ke Kotabaru, Kalimantan Selatan, antara bulan Maret—April, ada baiknya jika Anda mengikuti Pesta Adat Malassuang Manu, ritual khas kaum muda mudi suku Mandar yang berdomisili di Kecamatan Laut Selatan, Kabupaten Kotabaru, Kalimantan Selatan. Mallassuang Manu adalah sebutan bagi ritual adat melepas beberapa pasang ayam jantan dan betina sebagai bentuk permohonan meminta jodoh kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Pesta adat yang juga telah menjadi event wisata ini dilakukan secara turun temurun di Pulau Cinta, sebuah pulau kecil yang konon berbentuk hati dan berjarak sekitar dua mil dari Pulau Laut, pulau terbesar di perairan tenggara Kalimantan yang menjadi Ibu Kota Kabupaten Kotabaru. Pulau Cinta memiliki luas sekitar 500 m2 dan hanya terdiri dari batu-batu besar dan sejumlah pohon di dalamnya.

Dalam pesta adat yang unik ini, para peserta berangkat secara bersama-sama dari Pulau Laut (Kotabaru) menuju Pulau Cinta dengan menggunakan perahu. Sesampainya di Pulau Cinta, pesta adat melepas sepasang ayam jantan dan betina dilaksanakan dengan disaksikan oleh ribuan penonton.








Perjalanan menuju Pulau Cinta (kiri), dan para pengunjung yang mengikuti Pesta Adat Malassuang Manu (kanan)

B. Keistimewaan

Keinginan agar mudah mencari jodoh dapat melahirkan ekspresi budaya yang khas. Kekhasan itulah yang dapat disaksikan dalam Pesta Adat Malassuang Manu. Ritual utama dalam upacara ini, yaitu melepas ayam jantan dan betina, dilaksanakan di atas sebuah batu besar yang bagian tengahnya terbelah sepanjang kira-kira 10 meter. Dari atas batu itu, sepasang ayam tersebut dilemparkan sebagai tanda permohonan kepada Tuhan supaya dimudahkan dalam mencari jodoh.

Usai melepas sepasang ayam tersebut, para muda-mudi ini kemudian mengikatkan pita atau tali rafia (yang di dalamnya telah diisi batu atau sapu tangan yang indah) di atas dahan atau ranting pepohonan yang terdapat di Pulau Cinta. Hal ini sebagai perlambang, apabila kelak memperoleh jodoh tidak akan terputus ikatan tali perjodohannya sampai maut menjemput.

Kelak, pita atau tali rafia tersebut akan diambil kembali bila permohonan untuk bertemu jodoh telah terkabul. Pasangan yang telah berjodoh ini akan kembali ke Pulau Cinta untuk mengambil pita atau tali rafia tersebut dengan menggunakan perahu klotok yang dihias dengan kertas warna-warni. Makanan khas yang selalu menjadi hidangan dalam ritual kedua ini adalah sanggar (semacam pisang goreng yang terbuat dari pisang kepok yang dibalut dengan tepung beras dan gandum dengan campuran gula dan garam), serta minuman berupa teh panas.

Pasangan ini akan diiringi oleh sanak saudara untuk mengadakan selamatan. Usai memanjatkan doa, mereka kemudian melepaskan pita atau tali rafia yang dulu diikatkan di dahan atau ranting pohon untuk disimpan sebagai bukti bahwa keinginannya telah terkabul. Selain itu, ritual kedua ini juga merupakan permohonan supaya dalam kehidupan selanjutnya selalu dibimbing menjadi keluarga yang sejahtera.

Pesta adat yang pelaksanaannya didukung oleh pemerintah daerah setempat ini juga dimeriahkan oleh tari-tarian adat dan berbagai macam perlombaan, seperti voli, sepakbola, dan lain-lain. Berbagai event lomba tersebut biasanya akan memperebutkan trophy Bupati Kotabaru atau Gubernur Kalimantan Selatan.








Tarian penyambutan oleh gadis-gadis Mandar (kiri), dan pertandingan sepakbola (kanan)

C. Lokasi

Pesta adat Mallassuang Manu diselenggarakan di Teluk Aru dan Pulau Cinta, Kecamatan Laut Selatan, Kabupaten Kotabaru, Kalimantan Selatan, Indonesia.

D. Akses

Ibu Kota Kabupaten Kotabaru terletak di ujung utara Pulau Laut. Dari Ibu Kota Kalimantan Selatan, Banjarmasin, Kotabaru terletak sekitar 350 kilometer dengan kondisi jalan yang kurang mulus. Wisatawan yang menggunakan bus, bus mini, atau mobil carteran akan menghabiskan waktu sekitar 9—10 jam untuk sampai di pelabuhan penyeberangan. Perjalanan darat ini akan dilanjutkan dengan menyeberangi laut menggunakan kapal ferry menuju Pelabuhan Tanjung Serdang, Kotabaru. Dari Pelabuhan ini, perjalanan darat menuju Kotabaru masih memerlukan waktu sekitar 1 jam dengan jarak sekitar 40 kilometer.

Selain perjalanan darat, jika memilih transportasi laut, wisatawan dapat pula memanfaatkan penyeberangan dari Pelabuhan Batulicin (Kabupaten Tanah Bumbu) menuju Pelabuhan Tanjung Serdang (Kotabaru). Pelabuhan Batulicin merupakan salah satu pelabuhan utama di Kalimantan Selatan yang melayani pelayaran dari dan ke pelabuhan-pelabuhan besar di Kalimantan, Sulawesi, dan Jawa.

Apabila memanfaatkan jasa pesawat udara, wisatawan dapat melakukan transit terlebih dahulu di Bandara Syamsuddin Noor Banjarmasin (Kalimantan Selatan) atau Bandara Sepinggan Balikpapan (Kalimantan Timur) sebelum menuju Bandara Stagen Kotabaru. Dari dua kota ini, saat ini telah ada layanan pesawat jenis Fokker yang dapat mengangkut sekitar 48 penumpang dengan rute Banjarmasin-Kotabaru-Balikpapan dan rute Balikpapan-Kotabaru-Banjarmasin. Pesawat tersebut melayani penerbangan setiap hari dengan waktu tempuh dari Banjarmasin—Kotabaru atau dari Balikpapan—Kotabaru sekitar 30 menit. Dari Banjarmasin pesawat tersebut berangkat sekitar pukul 07.15 WITA, semetara dari Balikpapan sekitar pukul 13.30 WITA.














Perahu-perahu Nelayan di Teluk Aru sengaja tidak melaut untuk
mengantarkan para peserta menuju Pulau Cinta


Dari Teluk Aru di Kotabaru, wisatawan dapat menuju Pulau Cinta menggunakan perahu nelayan bersama-sama dengan peserta Pesta Adat Mallassuang Manu lainnya. Perjalanan dari Teluk Aru ini memakan waktu sekitar 30 menit. Perayaan pesta adat ini biasanya berlangsung meriah, sehingga wisatawan tak perlu khawatir dengan ketersediaan perahu, sebab perahu-perahu tersebut akan dikoordinasikan oleh panitia untuk menuju Pulau Cinta.

E. Harga Tiket

Wisatawan yang mengikuti Pesta Adat Malassuang Manu tidak dipungut biaya.

F. Akomodasi dan Fasilitas Lainnya

Pulau Cinta sebagai lokasi perayaan Pesta Adat Malassuang Manu belum memiliki fasilitas akomodasi yang memadai. Oleh sebab itu, jika wisatawan memerlukan penginapan, restoran, warung telepon, rumah ibadah, dan sebagainya dapat memperolehnya di Kotabaru. Selain menyaksikan pesta adat ini, wisatawan juga dapat mengunjungi obyek wisata andalah kabupaten Kotabaru, yaitu Pantai Gedambaan.

by wisatamelayu.com

Kamis, 28 Mei 2009

Upacara Adat Macceratasi

A. Selayang Pandang

Macceratasi adalah sebutan untuk pesta atau upacara adat menumpahkan darah hewan ke laut yang biasa dilakukan oleh masyarakat pesisir Kotabaru, Kalimantan Selatan. Masyarakat pesisir Kotabaru umumnya terdiri dari beberapa suku, yaitu Bugis, Mandar, Banjar, dan Bajau atau Bajo. Penduduk Kotabaru ini biasanya mengadakan Upacara Adat Macceratasi setiap menjelang tahun baru Masehi (sekitar bulan Desember) di Pantai Gedambaan sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan atas berkah penghidupan dari laut.

Upacara ini memiliki kemiripan dengan upacara adat yang biasa dilakukan oleh masyarakat nelayan di Nusantara, seperti Hajat Laut di Pantai Pangandaran, Jawa Barat, Festival Galesong di Takalar, Sulawesi Selatan, Petik Laut di Malang, Jawa Timur, serta Festival Samboja di Samboja, Kalimantan Timur. Umumnya, rasa syukur para nelayan atas berkah rezeki dari laut diwujudkan dengan upacara melarungkan benda, makanan, atau bagian tubuh hewan (seperti kepala atau darah hewan) ke tengah laut. Hal ini dilakukan sebagai simbol memberikan “makanan” bagi laut, dengan harapan laut akan selalu menjamin rezeki para nelayan yang menggantungkan hidup darinya.

B. Keistimewaan

Upacara Adat Macceratasi dilaksanakan selama dua hari. Wisatawan dapat mengikuti rentetan acara mulai dari upacara Tampung Tawar, penyembelihan hewan, pelepasan berbagai macam sajian ke laut, hingga hiburan berupa kesenian dan beladiri tradisional.

Pada hari pertama, sebelum ritual inti yakni menyembelih dan menumpahkan darah hewan ke laut, masyarakat setempat dipimpin oleh seorang tokoh adat mengadakan upacara Tampung Tawar, yaitu upacara memanjatkan doa kepada Tuhan. Dalam prosesi ini, seorang tokoh adat memimpin doa dengan duduk di antara sesaji yang terdiri dari berbagai bahan pokok mentah seperti beras, kelapa, gula, ayam yang masih hidup, dan air kembang.

















Seorang tokoh adat sedang memimpin doa
Sumber foto: cybertravel.cbn.net.id

Setelah doa selesai, tokoh adat akan memercik-mercikkan air kembang kepada khalayak yang hadir sebagai simbol memohon berkah dan keselamatan. Upacara kemudian dilanjutkan dengan menyembelih hewan, antara lain kerbau, kambing, dan ayam. Darah dari hewan-hewan ini ditampung untuk kemudian ditumpahkan ke laut, sementara dagingnya dibagikan kepada masyarakat yang menghadiri upacara.

Usai menumpahkan darah ketiga hewan tersebut, upacara dilanjutkan dengan hiburan berupa kesenian dan beladiri tradisional, seperti hadrah, pencak silat, dan meniti di atas seutas tali. Salah satu hiburan yang cukup digemari oleh masyarakat setempat adalah atraksi meniti di atas tali yang biasa dipertunjukkan oleh anggota masyarakat dari suku Bajau. Dalam atraksi ini, salah seorang anggota suku Bajau akan mempertontonkan kebolehannya meniti seutas tali yang diikatkan di antara dua buah kayu atau pohon di tepi pantai. Orang tersebut akan menunjukkan kemahirannya mengatur keseimbangan sembari memeragakan gerakan silat, menari, atau tiduran di atas tali.


Seorang anggota suku Bajau sedang unjuk kebolehan meniti di atas tali
Sumber foto: garudamagazine.com

Pada hari kedua, dilakukan ritual melepas miniatur bagang, yaitu perangkat menangkap ikan berupa jaring yang dipasang di antara bambu-bambu penyangga di tengah laut. Di dalam miniatur bagang ini diletakkan berbagai makanan yang sudah matang untuk dilarung ke laut. Pelepasan bagang ini juga merupakan ungkapan terima kasih akan karunia Tuhan yang telah memberikan kekayaan laut yang melimpah. Selain mengikuti rangkaian Upacara Adat Macceratasi, wisatawan juga dapat menikmati panorama Pantai Gedambaan yang merupakan obyek wisata andalan Kabupaten Kotabaru.



















Melepas miniatur bagang ke tengah laut
Sumber foto: cybertravel.cbn.net.id


C. Lokasi

Upacara Adat Macceratasi dilaksanakan di Pantai Gedambaan, Desa Gedambaan, Kecamatan Pulau Laut Utara, Kabupaten Kotabaru, Provinsi Kalimantan Selatan, Indonesia.

D. Akses

Kotabaru terletak di ujung utara Pulau Laut, yaitu salah satu pulau besar di tenggara Kalimantan. Dari Ibu Kota Kalimantan Selatan, Banjarmasin, Kotabaru terletak sekitar 350 kilometer dengan kondisi jalan yang kurang mulus. Wisatawan yang menggunakan bus, bus mini, atau mobil carteran akan menghabiskan waktu sekitar 9—10 jam untuk sampai di pelabuhan penyeberangan. Perjalanan darat ini akan dilanjutkan dengan menyeberangi laut menggunakan kapal ferry menuju Pelabuhan Tanjung Serdang, Kotabaru. Dari Pelabuhan ini, perjalanan darat menuju Kotabaru masih memerlukan waktu sekitar 1 jam dengan jarak sekitar 40 kilometer.

Selain perjalanan darat, jika memilih transportasi laut, wisatawan dapat pula memanfaatkan penyeberangan dari Pelabuhan Batulicin (Kabupaten Tanah Bumbu) menuju Pelabuhan Tanjung Serdang (Kotabaru). Pelabuhan Batulicin merupakan salah satu pelabuhan utama di Kalimantan Selatan yang melayani pelayaran dari dan ke pelabuhan-pelabuhan besar di Kalimantan, Sulawesi, dan Jawa.

Apabila memanfaatkan jasa pesawat udara, wisatawan dapat melakukan transit terlebih dahulu di Bandara Syamsuddin Noor Banjarmasin (Kalimantan Selatan) atau Bandara Sepinggan Balikpapan (Kalimantan Timur) sebelum menuju Bandara Stagen Kotabaru. Dari dua kota ini, saat ini telah ada layanan pesawat jenis Fokker yang dapat mengangkut sekitar 48 penumpang dengan rute Banjarmasin-Kotabaru-Balikpapan dan rute Balikpapan-Kotabaru-Banjarmasin. Pesawat tersebut melayani penerbangan setiap hari dengan waktu tempuh dari Banjarmasin—Kotabaru atau dari Balikpapan—Kotabaru sekitar 30 menit. Dari Banjarmasin pesawat tersebut berangkat sekitar pukul 07.15 WITA, semetara dari Balikpapan sekitar pukul 13.30 WITA.

Dari Kotabaru, wisatawan dapat menuju Pantai Gedambaan yang terletak sekitar 14 kilometer dengan menggunakan angkutan umum atau mobil sewaan.

E. Harga Tiket

Menyaksikan Upacara Adat Macceratasi tidak dipungut biaya.

F. Akomodasi dan Fasilitas Lainnya

Pantai Gedambaan saat ini telah dilengkapi dengan berbagai fasilitas, seperti penginapan (cottage), mushola, fasilitas pemancingan, warung makan, kolam renang, panggung terbuka untuk pertunjukan seni dan hiburan lainnya, tempat duduk di tepi pantai, serta area parkir yang cukup luas.

by wisatamelayu.com

Upacara Adat Aruh Baharin

A. Selayang Pandang

Bagi sebagian masyarakat di Nusantara, terutama bagi mereka yang menggantungkan hidupnya dari bertani padi, musim panen adalah salah satu momen yang ditunggu-tunggu kedatangannya. Selain bermakna ekonomi, musim panen padi juga mengandung makna spritual. Oleh sebab itu, sebagian masyarakat menggelar ritual-ritual tertentu atau upacara-upacara khusus sebelum atau sesudah musim panen padi tiba. Salah satunya adalah upacara adat Aruh Baharin yang digelar oleh masyarakat Dayak yang berdomisili di Desa Kapul, Kecamatan Halongan, Kabupaten Balangan, Provinsi Kalimantan Selatan. Biasanya, upacara dipusatkan di balai adat, rumah adat, atau di tempat-tempat khusus yang sengaja dibuat untuk keperluan upacara adat Aruh Baharin.

Pada awalnya, Aruh Baharin merupakan upacara adat yang dihelat oleh masyarakat Dayak Halongan pemeluk agama Kaharingan (agama suku Dayak) setelah musim panen padi ladang (pahumaan) usai. Tujuan digelarnya upacara ini adalah sebagai perwujudan rasa syukur kepada Yang Maha Kuasa atas hasil panen padi ladang yang melimpah, sekaligus penghormatan terhadap arwah leluhur yang diyakini senantiasa melindungi mereka dari berbagai marabahaya. Mereka meyakini, beras hasil panen (baras hanyar) belum boleh dimakan, sebelum upacara adat tersebut dilaksanakan.

Namun dalam perkembangan selanjutnya, upacara adat yang diwariskan secara turun-temurun ini juga digunakan untuk mensyukuri hasil usaha lainnya, seperti berdagang, beternak, nelayan, dan lain sebagainya. Begitu pula pelaksanaannya, yang tidak hanya diikuti oleh masyarakat Dayak pemeluk agama Kaharingan, tapi juga diikuti oleh pemeluk dari berbagai agama yang terdapat di Desa Kapul. Bahkan, upacara adat ini juga dihadiri oleh masyarakat yang berada di sekitar Desa Kapul, serta tokoh masyarakat dan pemuka adat dari kabupaten dan provinsi lain di Pulau Kalimantan yang sengaja diundang untuk menghadiri upacara ini.

Biasanya, pada upacara yang digelar selama tujuh hari tujuh malam berturut-turut ini disembelih beberapa ekor kerbau, kambing, dan ayam. Upacara adat tersebut juga dilengkapi dengan berbagai keperluan-keperluan lainnya, baik yang berkaitan dengan kebutuhan pihak penyelenggara maupun yang berhubungan dengan kelengkapan upacara itu sendiri, yang mana membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Agar tidak terlalu memberatkan, biaya untuk pelaksanaan upacara ini ditanggung bersama oleh kelompok masyarakat adat yang terdapat di Desa Kapul. Di desa tersebut terdapat tiga kelompok masyarakat adat, di mana setiap kelompok adat biasanya terdiri dari 25 sampai 30 kepala keluarga. Selain itu, untuk meringankan pihak penyelenggara, upacara adat Aruh Baharin belakangan ini digelar tiga tahun sekali dan bahkan lima tahun sekali.

B. Keistimewaan

Upacara adat yang digelar selama tujuh hari tujuh malam ini terdiri dari tiga tahapan. Tahapan pertama adalah tahapan persiapan. Pada tahapan ini, kaum perempuan berbagi tugas dengan kaum laki-laki untuk mempersiapkan segala sesuatu yang berkaitan dengan kelengkapan upacara. Kaum perempuan bertugas membersihkan dan membasuh beras, membuat ketupat, memasak lemang, dan memasak sayur untuk keperluan upacara. Selama proses ini, kaum perempuan diwajibkan mengenakan tapih bahalai, yakni batik khas untuk perempuan dari daerah tersebut. Sedangkan kaum laki-laki mempersiapkan tempat pemujaan dan menghiasnya, mencari kayu bakar, dan memasak nasi. Selama acara berlangsung, kaum laki-laki diharuskan mengenakan sentana parang dan mandau yang diselipkan di pinggang.

Tahapan kedua adalah pemanggilan arwah leluhur agar mereka ikut menghadiri dan merestui upacara. Tahapan yang dipimpin oleh beberapa orang balian (tokoh spritual masyarakat Dayak) ini dilaksanakan pada malam ketiga hingga malam keenam. Para balian menari (batandik) mengelilingi tempat pemujaan sembari diiringi dengan bunyi-bunyian dari gendang dan gong. Untuk memanggil arwah para leluhur, para balian tersebut akan menggelar beberapa ritual. Pertama, ritual Balai Tumarang. Ritual pembuka ini ditujukan untuk memanggil sejumlah arwah yang pernah memiliki kekuasaan hingga ke daerah tersebut, termasuk arwah para raja dari Pulau Jawa. Kedua, ritual Sampan Dulang atau ritual Kelong. Ritual ini bertujuan memanggil arwah leluhur orang Dayak, yakni Balian Jaya atau yang juga populer dengan nama Nini Uri. Ketiga, ritual Hyang Lembang. Yakni memanggil arwah raja-raja dari Kerajaan Banjar pada masa lampau. Keempat, ritual Dewata. Ritual ini berisi kisah tentang Datu Mangku Raksa Jaya yang berhasil menembus alam dewa dengan cara bertapa. Kelima, ritual Hyang Dusun. Yakni mengisahkan beberapa raja Dayak yang mampu memimpin sembilan benua atau sembilan pulau.

Tahapan ketiga merupakan puncak upacara adat Aruh Baharin. Pada hari terakhir ini ditampilkan berbagai atraksi kesenian khas masyarakat Dayak. Yang ditunggu-tunggu para pengunjung adalah proses penyembelihan hewan (hadangan) berupa beberapa ekor kerbau, kambing, dan ayam yang dipimpin oleh para balian. Uniknya, warga saling memperebutkan darah hewan-hewan tersebut dan kemudian mengoleskannya ke tubuh masing-masing. Mereka meyakini, darah hewan tersebut dapat memberikan keselamatan. Sebagian dari daging hewan tersebut dimasak untuk dimakan bersama-sama dan sebagiannya lagi dimasukkan ke dalam miniatur perahu naga, rumah adat, dan tempat sesajian (ancak) yang digunakan untuk sesaji. Sebelum dilarungkan ke Sungai Balangan, sesaji tersebut terlebih dahulu diludahi oleh semua anggota kelompok masyarakat adat yang bertindak sebagai penyelenggara upacara dan kemudian diberkati (mamangan) oleh para balian. Ini merupakan simbol untuk membuang segala yang buruk dan supaya mereka terhindar dari berbagai malapetaka.

C. Lokasi

Upacara Aruh Baharin dihelat di Desa Kapul, Kecamatan Halong, Kabupaten Balangan, Provinsi Kalimantan Selatan, Indonesia.

C. Akses

Dari Kota Banjarmasin, Ibu Kota Provinsi Kalimantan Selatan, Desa Kapul berjarak sekitar 250 kilometer. Bagi wisatawan yang berada di Kota Banjarmasin, dapat menuju Kota Paringin, Ibu Kota Kabupaten Balangan, dengan naik bus atau travel. Dari Kota Paringin, perjalanan kemudian dilanjutkan dengan naik bus menuju Desa Kapul, lokasi upacara adat Aruh Baharin digelar.

D. Harga Tiket

Pengunjung yang ingin menyaksikan upacara adat ini tidak dipungut biaya.

E. Akomodasi dan Fasilitas Lainnya

Selama upacara adat Aruh Baharin berlangsung, terdapat berbagai pedagang yang menyediakan berbagai kebutuhan wisatawan, seperti makanan, minuman, dan cenderamata khas masyarakat Dayak. Di sana juga tersedia homestay, sehingga dapat digunakan oleh wisatawan yang ingin menginap.

Sedangkan bagi wisatawan yang ingin memperoleh akomodasi dan fasilitas yang lumayan lengkap, dapat menemukannya di Kota Paringin, Ibu Kota Kabupaten Balangan. Di kota tersebut terdapat rumah makan, kios wartel, masjid, mushola, gereja, pasar, pusat oleh-oleh dan cenderamata, serta hotel dan wisma dengan berbagai tipe.

by wisatamelayu.com

Upacara Adat Aruh Baharin

A. Selayang Pandang

Bagi sebagian masyarakat di Nusantara, terutama bagi mereka yang menggantungkan hidupnya dari bertani padi, musim panen adalah salah satu momen yang ditunggu-tunggu kedatangannya. Selain bermakna ekonomi, musim panen padi juga mengandung makna spritual. Oleh sebab itu, sebagian masyarakat menggelar ritual-ritual tertentu atau upacara-upacara khusus sebelum atau sesudah musim panen padi tiba. Salah satunya adalah upacara adat Aruh Baharin yang digelar oleh masyarakat Dayak yang berdomisili di Desa Kapul, Kecamatan Halongan, Kabupaten Balangan, Provinsi Kalimantan Selatan. Biasanya, upacara dipusatkan di balai adat, rumah adat, atau di tempat-tempat khusus yang sengaja dibuat untuk keperluan upacara adat Aruh Baharin.

Pada awalnya, Aruh Baharin merupakan upacara adat yang dihelat oleh masyarakat Dayak Halongan pemeluk agama Kaharingan (agama suku Dayak) setelah musim panen padi ladang (pahumaan) usai. Tujuan digelarnya upacara ini adalah sebagai perwujudan rasa syukur kepada Yang Maha Kuasa atas hasil panen padi ladang yang melimpah, sekaligus penghormatan terhadap arwah leluhur yang diyakini senantiasa melindungi mereka dari berbagai marabahaya. Mereka meyakini, beras hasil panen (baras hanyar) belum boleh dimakan, sebelum upacara adat tersebut dilaksanakan.

Namun dalam perkembangan selanjutnya, upacara adat yang diwariskan secara turun-temurun ini juga digunakan untuk mensyukuri hasil usaha lainnya, seperti berdagang, beternak, nelayan, dan lain sebagainya. Begitu pula pelaksanaannya, yang tidak hanya diikuti oleh masyarakat Dayak pemeluk agama Kaharingan, tapi juga diikuti oleh pemeluk dari berbagai agama yang terdapat di Desa Kapul. Bahkan, upacara adat ini juga dihadiri oleh masyarakat yang berada di sekitar Desa Kapul, serta tokoh masyarakat dan pemuka adat dari kabupaten dan provinsi lain di Pulau Kalimantan yang sengaja diundang untuk menghadiri upacara ini.

Biasanya, pada upacara yang digelar selama tujuh hari tujuh malam berturut-turut ini disembelih beberapa ekor kerbau, kambing, dan ayam. Upacara adat tersebut juga dilengkapi dengan berbagai keperluan-keperluan lainnya, baik yang berkaitan dengan kebutuhan pihak penyelenggara maupun yang berhubungan dengan kelengkapan upacara itu sendiri, yang mana membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Agar tidak terlalu memberatkan, biaya untuk pelaksanaan upacara ini ditanggung bersama oleh kelompok masyarakat adat yang terdapat di Desa Kapul. Di desa tersebut terdapat tiga kelompok masyarakat adat, di mana setiap kelompok adat biasanya terdiri dari 25 sampai 30 kepala keluarga. Selain itu, untuk meringankan pihak penyelenggara, upacara adat Aruh Baharin belakangan ini digelar tiga tahun sekali dan bahkan lima tahun sekali.

B. Keistimewaan

Upacara adat yang digelar selama tujuh hari tujuh malam ini terdiri dari tiga tahapan. Tahapan pertama adalah tahapan persiapan. Pada tahapan ini, kaum perempuan berbagi tugas dengan kaum laki-laki untuk mempersiapkan segala sesuatu yang berkaitan dengan kelengkapan upacara. Kaum perempuan bertugas membersihkan dan membasuh beras, membuat ketupat, memasak lemang, dan memasak sayur untuk keperluan upacara. Selama proses ini, kaum perempuan diwajibkan mengenakan tapih bahalai, yakni batik khas untuk perempuan dari daerah tersebut. Sedangkan kaum laki-laki mempersiapkan tempat pemujaan dan menghiasnya, mencari kayu bakar, dan memasak nasi. Selama acara berlangsung, kaum laki-laki diharuskan mengenakan sentana parang dan mandau yang diselipkan di pinggang.

Tahapan kedua adalah pemanggilan arwah leluhur agar mereka ikut menghadiri dan merestui upacara. Tahapan yang dipimpin oleh beberapa orang balian (tokoh spritual masyarakat Dayak) ini dilaksanakan pada malam ketiga hingga malam keenam. Para balian menari (batandik) mengelilingi tempat pemujaan sembari diiringi dengan bunyi-bunyian dari gendang dan gong. Untuk memanggil arwah para leluhur, para balian tersebut akan menggelar beberapa ritual. Pertama, ritual Balai Tumarang. Ritual pembuka ini ditujukan untuk memanggil sejumlah arwah yang pernah memiliki kekuasaan hingga ke daerah tersebut, termasuk arwah para raja dari Pulau Jawa. Kedua, ritual Sampan Dulang atau ritual Kelong. Ritual ini bertujuan memanggil arwah leluhur orang Dayak, yakni Balian Jaya atau yang juga populer dengan nama Nini Uri. Ketiga, ritual Hyang Lembang. Yakni memanggil arwah raja-raja dari Kerajaan Banjar pada masa lampau. Keempat, ritual Dewata. Ritual ini berisi kisah tentang Datu Mangku Raksa Jaya yang berhasil menembus alam dewa dengan cara bertapa. Kelima, ritual Hyang Dusun. Yakni mengisahkan beberapa raja Dayak yang mampu memimpin sembilan benua atau sembilan pulau.

Tahapan ketiga merupakan puncak upacara adat Aruh Baharin. Pada hari terakhir ini ditampilkan berbagai atraksi kesenian khas masyarakat Dayak. Yang ditunggu-tunggu para pengunjung adalah proses penyembelihan hewan (hadangan) berupa beberapa ekor kerbau, kambing, dan ayam yang dipimpin oleh para balian. Uniknya, warga saling memperebutkan darah hewan-hewan tersebut dan kemudian mengoleskannya ke tubuh masing-masing. Mereka meyakini, darah hewan tersebut dapat memberikan keselamatan. Sebagian dari daging hewan tersebut dimasak untuk dimakan bersama-sama dan sebagiannya lagi dimasukkan ke dalam miniatur perahu naga, rumah adat, dan tempat sesajian (ancak) yang digunakan untuk sesaji. Sebelum dilarungkan ke Sungai Balangan, sesaji tersebut terlebih dahulu diludahi oleh semua anggota kelompok masyarakat adat yang bertindak sebagai penyelenggara upacara dan kemudian diberkati (mamangan) oleh para balian. Ini merupakan simbol untuk membuang segala yang buruk dan supaya mereka terhindar dari berbagai malapetaka.

C. Lokasi

Upacara Aruh Baharin dihelat di Desa Kapul, Kecamatan Halong, Kabupaten Balangan, Provinsi Kalimantan Selatan, Indonesia.

C. Akses

Dari Kota Banjarmasin, Ibu Kota Provinsi Kalimantan Selatan, Desa Kapul berjarak sekitar 250 kilometer. Bagi wisatawan yang berada di Kota Banjarmasin, dapat menuju Kota Paringin, Ibu Kota Kabupaten Balangan, dengan naik bus atau travel. Dari Kota Paringin, perjalanan kemudian dilanjutkan dengan naik bus menuju Desa Kapul, lokasi upacara adat Aruh Baharin digelar.

D. Harga Tiket

Pengunjung yang ingin menyaksikan upacara adat ini tidak dipungut biaya.

E. Akomodasi dan Fasilitas Lainnya

Selama upacara adat Aruh Baharin berlangsung, terdapat berbagai pedagang yang menyediakan berbagai kebutuhan wisatawan, seperti makanan, minuman, dan cenderamata khas masyarakat Dayak. Di sana juga tersedia homestay, sehingga dapat digunakan oleh wisatawan yang ingin menginap.

Sedangkan bagi wisatawan yang ingin memperoleh akomodasi dan fasilitas yang lumayan lengkap, dapat menemukannya di Kota Paringin, Ibu Kota Kabupaten Balangan. Di kota tersebut terdapat rumah makan, kios wartel, masjid, mushola, gereja, pasar, pusat oleh-oleh dan cenderamata, serta hotel dan wisma dengan berbagai tipe.

Senin, 25 Mei 2009

Museum Lambung Mangkurat

A. Selayang Pandang

Museum Lambung Mangkurat diresmikan penggunaannya pada tahun 1979. Bangunan museum ini berarsitektur Rumah tradisional Banjar, Rumah Bubungan Tinggi, yang dipoles dengan gaya modern. Barang koleksi Museum terdiri dari peninggalan Kesultanan Banjar, Candi agung, dan Candi laras, perkakas dari batu, ukiran kayu Ulin, perkakas pertanian dan perabot rumah tangga, alat musik tradisional dan sebagainya.

Museum Lambung Mangkurat, terdiri dari dua lantai. Lantai pertama terdiri dari tiga ruang pameran (display), yaitu satu ruang pameran terbuka dan dua ruang pameran tertutup. Di ruang pameran terbuka, para pengunjung dapat melihat tiga alat transportasi sungai masyarakat Banjar yaitu: jukung sudur, perahu pandan liris, dan jukung tambangan. Selain ketiga jenis kapal tersebut, pengunjung juga dapat melihat beragam fosil fauna laut, seperti kerangka ikan paus (Rhineodon Typus Cotaceae). Sedangkan di kedua ruang pameran tertutup, pengunjung akan dibawa masuk ke zaman nan jauh sebelum kita lahir. Di salah satu ruangan tertutup ini, pengunjung dapat menyaksikan peralatan yang digunakan pada masa prasejarah, seperti: beliung, kapak bahu, pahat kapak lonjong, tuangan kapak perunggu dan benda-benda lainnya. Sedangkan di ruang pamer tertutup yang lain, pengunjung akan menyaksikan beragam peninggalan Kerajaan Banjar.

Pada lantai kedua, para pengunjung akan menyaksikan lukisan foto etnis dan peta persebaran suku bangsa yang berdiam di wilayah Kalsel. Di tempat ini, para pengunjung dapat menyaksikan berbagai bentuk rumah tradisional Banjar seperti: Bubungan Tinggi, Gajah Manyusu, dan lain sebagainya. Selain itu, pengunjung juga dapat menyaksikan etalase lengkap daur hidup masyarakat Banjar, dari fase kelahiran, anak-anak, menjelang dewasa, menikah, melahirkan hingga meninggal dunia. Fase-fase tersebut, dideskripsikan dalam bentuk upacara-upacara yang dekat dengan perkembangan Islam seperti tradisi Baayun Anak, Basunat, Baantar Jujuran, Batamat Al Quran, Bakawinan, dan lain sebagainya.

B. Keistimewaan

Dengan memasuki museum Lambung Mangkurat, para pengunjung dibawa kemasa lalu, yaitu masa sebelum Kalimantan Selatan berubah menjadi sebuah provinsi. Museum ini dapat memberikan pemahaman kepada pengunjung tentang perkembangan masyarakat Banjar dari zaman purba, yakni ketika masih menggunakan perkakas dari batu, hingga perkembangan kerajaan-kerajaan yang pernah ada dan berpengaruh di Kalimantan Selatan. Dengan melihat Genta Kencana (tempat raja beristirahat), misalnya, pengunjung akan mengetahui bagaimana peradaban yang dibangun masyarakat Banjar saat itu.

C. Lokasi

Museum Lambung Mangkurat terletak di kota Banjarbaru, Banjarmasin, Kalimantan Selatan.

D. Akses

Museum ini terletak di Banjarbaru, 35 km dari Banjarmasin. Menuju museum Lambung Mangkurat, tidaklah terlalu sulit. Letaknya yang strategis di Jalan A.Yani menjadikannya mudah dicapai dengan alat transportasi apa pun juga, baik kendaraan pribadi atau angkutan umum. Dari Bandar udara Syamsudin Noor Landasan Ulin Banjarbaru, pengunjung hanya membutuhkan waktu sekitar 20 menit.

E. Harga Tiket


Wisatawan yang berkunjung ke museum ini dikenai tiket yang berbeda-beda. Untuk pengunjung dewasa dikenai harga tiket Rp 1.500 per orang, anak-anak Rp 1.000, sementara untuk wisatawan mancanegara dikenai biaya sebesar Rp 3.000 per orang.

F. Akomodasi dan fasilitas lainnya.

Museum ini telah dilengkapi berbagai akomodasi dan fasilitas, seperti restoran yang menyajikan masakan khas banjar, warung internet, ruang layanan konservasi benda budaya, serta rumah inap.

Museum Lambung Mangkurat

A. Selayang Pandang

Museum Lambung Mangkurat diresmikan penggunaannya pada tahun 1979. Bangunan museum ini berarsitektur Rumah tradisional Banjar, Rumah Bubungan Tinggi, yang dipoles dengan gaya modern. Barang koleksi Museum terdiri dari peninggalan Kesultanan Banjar, Candi agung, dan Candi laras, perkakas dari batu, ukiran kayu Ulin, perkakas pertanian dan perabot rumah tangga, alat musik tradisional dan sebagainya.

Museum Lambung Mangkurat, terdiri dari dua lantai. Lantai pertama terdiri dari tiga ruang pameran (display), yaitu satu ruang pameran terbuka dan dua ruang pameran tertutup. Di ruang pameran terbuka, para pengunjung dapat melihat tiga alat transportasi sungai masyarakat Banjar yaitu: jukung sudur, perahu pandan liris, dan jukung tambangan. Selain ketiga jenis kapal tersebut, pengunjung juga dapat melihat beragam fosil fauna laut, seperti kerangka ikan paus (Rhineodon Typus Cotaceae). Sedangkan di kedua ruang pameran tertutup, pengunjung akan dibawa masuk ke zaman nan jauh sebelum kita lahir. Di salah satu ruangan tertutup ini, pengunjung dapat menyaksikan peralatan yang digunakan pada masa prasejarah, seperti: beliung, kapak bahu, pahat kapak lonjong, tuangan kapak perunggu dan benda-benda lainnya. Sedangkan di ruang pamer tertutup yang lain, pengunjung akan menyaksikan beragam peninggalan Kerajaan Banjar.

Pada lantai kedua, para pengunjung akan menyaksikan lukisan foto etnis dan peta persebaran suku bangsa yang berdiam di wilayah Kalsel. Di tempat ini, para pengunjung dapat menyaksikan berbagai bentuk rumah tradisional Banjar seperti: Bubungan Tinggi, Gajah Manyusu, dan lain sebagainya. Selain itu, pengunjung juga dapat menyaksikan etalase lengkap daur hidup masyarakat Banjar, dari fase kelahiran, anak-anak, menjelang dewasa, menikah, melahirkan hingga meninggal dunia. Fase-fase tersebut, dideskripsikan dalam bentuk upacara-upacara yang dekat dengan perkembangan Islam seperti tradisi Baayun Anak, Basunat, Baantar Jujuran, Batamat Al Quran, Bakawinan, dan lain sebagainya.

B. Keistimewaan

Dengan memasuki museum Lambung Mangkurat, para pengunjung dibawa kemasa lalu, yaitu masa sebelum Kalimantan Selatan berubah menjadi sebuah provinsi. Museum ini dapat memberikan pemahaman kepada pengunjung tentang perkembangan masyarakat Banjar dari zaman purba, yakni ketika masih menggunakan perkakas dari batu, hingga perkembangan kerajaan-kerajaan yang pernah ada dan berpengaruh di Kalimantan Selatan. Dengan melihat Genta Kencana (tempat raja beristirahat), misalnya, pengunjung akan mengetahui bagaimana peradaban yang dibangun masyarakat Banjar saat itu.

C. Lokasi

Museum Lambung Mangkurat terletak di kota Banjarbaru, Banjarmasin, Kalimantan Selatan.

D. Akses

Museum ini terletak di Banjarbaru, 35 km dari Banjarmasin. Menuju museum Lambung Mangkurat, tidaklah terlalu sulit. Letaknya yang strategis di Jalan A.Yani menjadikannya mudah dicapai dengan alat transportasi apa pun juga, baik kendaraan pribadi atau angkutan umum. Dari Bandar udara Syamsudin Noor Landasan Ulin Banjarbaru, pengunjung hanya membutuhkan waktu sekitar 20 menit.

E. Harga Tiket


Wisatawan yang berkunjung ke museum ini dikenai tiket yang berbeda-beda. Untuk pengunjung dewasa dikenai harga tiket Rp 1.500 per orang, anak-anak Rp 1.000, sementara untuk wisatawan mancanegara dikenai biaya sebesar Rp 3.000 per orang.

F. Akomodasi dan fasilitas lainnya.

Museum ini telah dilengkapi berbagai akomodasi dan fasilitas, seperti restoran yang menyajikan masakan khas banjar, warung internet, ruang layanan konservasi benda budaya, serta rumah inap.

by wisatamelayu.com

Minggu, 24 Mei 2009

Masjid Raya Sabilal Muhtadin

A. Selayang Pandang Masjid Raya Sabilal Muhtadin mulai dibangun pada bulan November 1974 dan selesai pada bulan Oktober 1979 di atas tanah seluas 100 ribu meter. Bangunan masjid terdiri atas bangunan utama seluas 5.250 meter dengan kubah berdiameter 38 meter dan lima bangunan menara. Satu dari kelima menara tersebut mempunyai tinggi 45 meter, sedangkan empat lainnya hanya 21 meter.

Pemberian nama ”Sabilal Muhtadin" tersebut sebagai bentuk penghormatan kepada ulama besar, Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari (1710-1812 M), yang selama hidupnya memperdalam dan mengembangkan agama Islam di Kalimantan Selatan. Nama Sabilal Muhtadin merupakan nama dari salah satu kitab yang ditulis oleh Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari.

B. Keistimewaan

Masjid Raya Sabilal Muhtadin merupakan masjid terbesar di Kalimantan Selatan dan bisa menampung jamaah sebanyak 15.000 orang, yaitu sebanyak 7.500 orang pada bagian dalam dan 7.500 orang pada bagian luar. Kubah masjid yang berdiameter 38 meter terbuat dari bahan alumunium sheet kalcolour berwarna emas. Bagian dalam masjid dipenuhi kaligrafi ayat-ayat al-Quran, Asmaul Husna, dan nama empat khalifah utama dalam Islam. Semua kaligrafi tersebut dibuat dari bahan tembaga yang dihitamkan. Demikian juga pada pintu, krawang dan railing, keseluruhannya terbuat dari bahan tembaga dengan bentuk relief berdasarkan seni ragam hias yang banyak terdapat di daerah Kalimantan Selatan.

Para wisatawan yang berkunjung ke masjid ini tidak hanya akan merasakan kedamaian dan ketenangan hati, tetapi juga akan terkagum-kagum melihat keindahan ragam hias yang merupakan ciri khas Kalimantan Selatan.

C. Lokasi

Masjid Raya Sabilal Muhtadin terletak di tengah kota Banjarmasin, yaitu di Jalan Jenderal Sudirman, Banjarmasin, tidak jauh dari Kantor Gubernur Kalimantan Selatan.

D. Akses

Untuk menuju ke Masjid Raya Sabilal Muhtadin para pengunjung dapat menggunakan angkutan umum atau mobil pribadi.

E. Tiket Masuk Lokasi

Pengunjung tidak dikenai biaya masuk

F. Akomodasi dan fasilitas lainnya

Dalam proses pengumpulan data.

Jumat, 22 Mei 2009

Pantai Batakan

A. Selayang Pandang

Bila anda berkunjung ke Provinsi Kalimantan Selatan, sempatkanlah bertamasya ke tempat-tempat wisata yang terdapat di Kabupaten Tanah Laut. Kabupaten yang beribukota di Pelaihari ini terkenal dengan rekreasi pantainya yang memesona. Pantai Batakan salah satunya.

Pantai Batakan terletak di sebelah selatan Kota Pelaihari, dan telah ditetapkan sebagai tempat wisata pada tahun 1982 oleh H. Muhammad Said, Gubernur Provinsi Kalimantan Selatan kala itu. Meskipun terbilang baru, pantai ini cukup ramai dikunjungi oleh wisatawan, terutama pada akhir pekan dan hari-hari libur lainnya. Sebagai salah satu tempat obyek wisata andalan, pemerintah daerah setempat telah mengelola pantai yang menghadap ke Laut Jawa ini secara serius. Hal ini terbukti dengan telah dibangunnya berbagai fasilitas pendukung di kawasan pantai ini.

B. Keistimewaan

Rancak dan eksotik. Begitulah kira-kira kesan pertama ketika mengunjungi Pantai Batakan. Hamparan pasir putih pantainya yang luas dan landai, serta panorama alamnya yang memesona, membuat obyek wisata ini begitu spesial dikunjungi bersama keluarga atau kolega. Angin yang bertiup sepoi-sepoi dan daun kelapa yang melambai-lambai, serta diselingi oleh burung laut yang terbang rendah dan sesekali menyambar air laut, menambah daya tarik kawasan wisata ini.

Pasir pantainya yang terbentang luas memberi cukup ruang kepada wisatawan untuk melakukan berbagai kegiatan, seperti berjemur dan membuat patung dari pasir. Pasir pantainya yang halus sangat mendukung wisatawan yang ingin berolahraga di sini, seperti main bola dan voli pantai. Sementara itu, ombak lautnya yang relatif kecil mendukung wisatawan yang ingin berenang dan bermain ombak di pantai ini.

Di sini juga tersedia jasa persewaan perahu motor dan kuda, sehingga dapat digunakan oleh wisatawan yang ingin menikmati kawasan pantai sepanjang dua kilometer ini dengan naik perahu dan naik kuda. Selain menikmati pantainya, memancing juga merupakan salah satu tujuan wisatawan berkunjung ke Pantai Batakan, karena di kawasan ini terdapat berbagai jenis ikan.

Setelah puas menikmati keindahan Pantai Batakan, para turis kemudian dapat menyewa perahu motor untuk mengunjungi Pulau Datu, sebuah pulau seluas 10.000 kilometer persegi yang terletak di lepas Pantai Batakan. Pulau tersebut sering dikunjungi orang yang ingin berziarah ke makam Datu Pamulutan, seorang ulama/penyebar agama Islam di Kabupaten Tanah Laut yang semasa hidupnya gemar sekali menangkap burung dengan pulut (getah).

Pada sore hari, panorama kawasan pantai ini kian eksotik. Pelancong dapat menikmati suasana matahari tenggelam (sunset) sambil bersantai di pondok-pondok wisata, shelter-shelter, dan warung-warung yang terdapat di sana.

Keberadaan obyek wisata ini semakin lengkap dengan digelarnya ritual nelayan kawasan Pantai Batakan pada bulan Juli atau Agustus setiap tahunnya. Ritual yang dilakukan untuk mendapatkan berkah dan keselamatan bagi nelayan tersebut ditaja di Papadangan, sebuah tempat yang berjarak sekitar 1,5 kilometer dari Pantai Batakan.

C. Lokasi

Secara administratif, Pantai Batakan masuk dalam wilayah Desa Batakan, Kecamatan Penyipatan, Kabupaten Tanah Laut, Provinsi Kalimantan Selatan, Indonesia.

D. Akses

Kota Pelaihari, ibukota Kabupaten Tanah Laut, berjarak sekitar 104 kilometer dari Kota Banjarmasin, ibukota Provinsi Kalimantan Selatan. Sedangkan Pantai Batakan berjarak sekitar 40 kilometer di sebelah selatan Kota Pelaihari. Turis dapat mengaksesnya dengan menggunakan kendaraan pribadi atau angkutan umum (bus), baik dari Kota Banjarmasin menuju Kota Pelaihari maupun dari Kota Pelaihari menuju Pantai Batakan.

E. Harga Tiket

Masih dalam konfirmasi.

F. Akomodasi dan Fasilitas Lainnya

Di kawasan Pantai Batakan terdapat pasar, toko, dan warung yang menyediakan berbagai kebutuhan wisatawan, seperti makanan, minuman, isi ulang pulsa, dan perlengkapan memancing.

Bagi wisatawan yang ingin menginap, dapat menyewa cottage, wisma, dan home stay yang terdapat di kawasan sekitar pantai ini. Di kawasan tersebut juga tersedia camping ground yang luas dan aman, sehingga dapat digunakan oleh wisatawan yang ingin berkemah.

Berbagai fasilitas lainnya, seperti pendopo, pondok wisata, shelter-shelter, polisi pariwisata, penjaga pantai, puskesmas, serta persewaan perahu motor dan kuda, juga tersedia di sini.

by wisatamelayu.com

Rabu, 20 Mei 2009

Pantai Gedambaan

A. Selayang Pandang

Pantai Gedambaan menawarkan keindahan yang dapat memberikan kepuasan batin kepada para pengunjungnya. Selain pasir pantainya berwarna putih yang berkilauan tertimpa sinar matahari, pemandangan alamnya juga akan menghipnotis para pengunjung sehingga betah berlama-lama di pantai ini. Dari pantai ini, para pengunjung dapat menyaksikan sunrise dan sunset dengan panorama air laut yang berkilauan. Dengan keindahan tersebut, pantai ini menjadi pantai (Ge)dambaan siapa saja yang akan dan pernah mengunjunginya.

Pada hari Ahad dan atau pada musim libur, ribuan pengunjung baik dari Kalimantan Selatan sendiri atau dari luar Kalimantan akan memadati lokasi wisata ini. Pada hari-hari libur ratusan bahkan ribuan kendaraan baik angkutan umum maupun kendaraan pribadi akan memadati kawasan pantai ini.

Untuk menjaga kebersihan obyek wisata ini, tiap pekan dikerahkan karyawan pemkab setempat secara bergiliran untuk melakukan aksi bersih-bersih. Selain itu, fasilitas penunjang seperti: tempat istirahat, akuarium besar, taman buah dan bunga, cermin seribu bayangan, sirkuit mini, ruang wahana fisika, studio rekaman mini dan camping ground akan segera diadakan. Juga akan dibangun game stations yang akan diisi tempat bowling dan beberapa sarana olahraga lainnya.

B. Keistimewaan

Pantai Gedambaan merupakan sedikit dari pantai yang ada di Indonesia yang masih memiliki hutan mangrove. Hutan mangrove ini merupakan tempat habitat beberapa spesies fauna, seperti: burung, kunang-kunang, dan lebah.

Keistimewaan lain dari Pantai Gedambaan adalah lokasinya yang berada di kaki pegunungan Pulau Laut yang masih hijau dan juga berdekatan dengan beberapa objek wisata lainnya, seperti kolam renang dan Pemandian Air Panas Sigam. Dengan kata lain, jika pengunjung telah puas menikmati keindahan Pantai Gedambaan, maka dengan mudah dapat mengunjungi objek wisata lainnya.

C. Lokasi

Pantai Gedambaan terletak sekitar 14 km dari kota Kotabaru, atau tepatnya di Desa Gedambaan, Kecamatan Pulau Laut Utara, Kabupaten Kotabaru.

D. Akses

Untuk mencapai Pantai Gedambaan, para pengunjung dapat menggunakan angkutan umum seperti bus dan minibus. Jika pengunjung berencana mengunjungi beberapa tempat wisata lainnya, agar lebih nyaman ada baiknya menggunakan kendaraan pribadi.

E. Tiket

Dalam proses konfirmasi

F. Akomodasi dan Fasilitas

Selain sarana transportasi yang cukup baik, Pantai Gedambaan juga telah memiliki cottage (penginapan), mushola, kolam pemancingan, warung makan, dan tempat duduk di sepanjang pantai. Di area pantai ini juga disediakan tempat parkir yang luas sehingga memudahkan pengunjung untuk memarkir kendaraan secara aman. Bagi para pengunjung yang ingin bermalam di sekitar pantai, dapat menyewa cottage dengan harga antara Rp100.000 - Rp125.000 per malam/buah.

by wisatamelayu.com

Selasa, 19 Mei 2009

Pulau Kembang di Kabupaten Barito Utara

Pulau Kembang , Pulaunya Kelompok Kera di tengah sungai Barito, Kecamatan Alalak, Kabupaten Barito Kuala

A. Selayang Pandang

Pulau Kembang adalah sebuah delta seluas 60 Ha yang terletak di tengah sungai Barito dan merupakan habitat kera ekor panjang (monyet) dan beberapa jenis burung. Pada tahun 1976, pulau ini ditetapkan sebagai hutan wisata berdasarkan SK. Menteri Pertanian No. 788/Kptsum12/1976.

Menurut cerita, pulau Kembang berasal dari kapal Inggris yang dihancurkan oleh orang Biaju pada tahun 1750-an atas perintah sultan Banjar. Puing-puing bekas kapal tersebut lambat laun ditumbuhi pepohonan dan berubah menjadi sebuah pulau yang kemudian didiami sekelompok kera. Orang-orang desa yang berada di sekitar pulau baru ini menganggap bahwa kera-kera tersebut merupakan penjelmaan orang halus yang memakai sarungan kera. Kelompok kera tersebut dipimpin oleh seekor kera yang sangat besar bernama si Anggur.

Munculnya keyakinan tersebut menjadikan pulau yang baru muncul ini dijadikan sebagai tempat bernazar. Masyarakat sekitar datang ke pulau ini dengan membawa sesajen seperti pisang, telor, nasi ketan, mayang-pinang, dan beberapa jenis kembang. Oleh karena sering digunakan untuk tempat berhajat dan menabur kembang, pulau baru tersebut lebih dikenal dengan sebutan Pulau Kembang.

Di dalam kawasan hutan wisata ini terdapat altar yang diperuntukkan sebagai tempat meletakkan sesaji bagi "penjaga" pulau Kembang yang dilambangkan dengan dua buah arca berwujud kera berwarna putih (Hanoman). Keberadaan altar menunjukkan bahwa para pengunjung yang datang tidak sekedar berwisata melihat kera, tetapi juga datang untuk keperluan berdoa, khususnya orang-orang Cina.

Kera-kera di tempat ini yang berjumlah ratusan bahkan ribuan, sangat akrab (walaupun ada juga yang ganas) dengan para pengunjung. Biasanya ketika para wisatawan datang berkunjung, kera-kera tersebut banyak yang menunggu di dermaga, menunggu para wisatawan memberi mereka makanan seperti pisang, kacang dan sebagainya. Namun karena tidak semua kera-kera di tempat ini bersahabat dengan para pengunjung, maka ada baiknya para pengunjung memperhatikan hal-hal berikut ini:

Siapkan makan-makanan ringan seperti kacang kulit, pisang dan sebagainya untuk diberikan kepada para kera.

Taruhlah barang bawaan seperti tas di tempat yang aman dan tersembunyi. Barang bawaan atau tas terkadang direbut oleh sekelompok kera dan dibawanya kabur.

Berhati-hati juga menyimpan barang bawaan (tas atau sejenisnya) di dalam perahu klotok, karena kera-kera tersebut bisa naik ke klotok dan mengobrak-abrik barang bawaan para pengunjung.

Di lokasi wisata ini banyak peminta-minta, sehingga cukup bijaksana jika para pengunjung menyiapkan uang receh.


Pulau Kembang

Sekumpulan kera mengerubuti para pengunjung yang baru turun dari klotok

B. Keistimewaan

Pulau Kembang ditempati oleh ratusan bahkan ribuan monyet dan beberapa jenis burung. Bila tengah beruntung, pengunjung bisa bertemu dengan salah satu spesies monyet yang menjadi maskot fauna Kalimantan Selatan, yaitu Bekantan (Nasalis larvatus). Kera ini memiliki sifat pemalu, berambut cokelat kemerah-merahan, dan berhidung panjang. Di tempat ini, para pengunjung juga bisa menyaksikan kera-kera yang bisa berenang. Selain itu, para pengunjung dapat berinteraksi dengan memberikan makanan berupa kacang dan merasakan sensasi luar biasa ketika dikerubuti kera-kera yang sangat banyak tersebut.

Selain menjadi tempat ribuan kera, di tempat ini ternyata juga ada sebuah kuil yang biasanya digunakan oleh para pengunjung untuk meletakkan sesajen atau melaksanakan nadzarnya. Pulau ini sering dihubungkan dengan kejadian-kejadian mistis. Banyak para pengunjung yang mengaku mengalami hal-hal mistis seperti melihat jembatan yang menghubungkan pulau Kembang dengan daratan; melihat sosok pangeran berbaju putih mengendarai kuda melintas di atas jembatan itu, dan lain sebagainya.

C. Lokasi

Pulau Kembang terletak di tengah sungai Barito, Kecamatan Alalak, Kabupaten Barito Kuala, Kalimantan Selatan.


D. Akses

Pulau seluas 60 hektare ini berjarak sekitar 1,5 km kota Banjarmasin dan dapat ditempuh dengan menggunakan perahu klotok sewaan dengan harga sekitar Rp 200.000 perjamnya atau bisa lebih murah jika pengunjung pandai menawar. Waktu yang dibutuhkan untuk sampai ke lokasi sekitar 10 menit dari kota Banjarmasin.

E. Tiket Masuk Lokasi

Tiket masuk ke lokasi pulau Kembang sebesar Rp 2.500 per orang.

F. Akomodasi dan fasilitas lainnya

Di tempat ini banyak penjual asongan yang menjual makanan dan minuman ringan.


by wisatamelayu.com

Minggu, 17 Mei 2009

Cagar Alam Pulau Kaget

A. Selayang Pandang

Pulau
Kaget merupakan salah satu obyek wisata yang berada di kawasan hutan di
Kabupaten Barito Kuala. Pulau ini adalah sebuah delta yang terletak di
dekat muara sungai Barito. Pulau ini merupakan habitat bagi Monyet
Besar Berhidung Panjang atau oleh penduduk setempat disebut dengan Kera
Belanda/Bekantan (Nasalis Larvatus) karena hidungnya panjang, mukanya merah serta perutnya gendut. Di tempat ini juga hidup
beberapa jenis burung. Sejak tahun 1976, pulau seluas 85 Ha ini
ditetapkan sebagai cagar alam berdasarkan SK. Menteri Pertanian No.
788/Kptsum11/1976.


Pada
tahun 1990, pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan menetapkan Bekantan
sebagai satwa maskot atau satwa identitas provinsi berdasarkan SK
Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Kalimantan Selatan No. 29, tanggal 16
Januari 1990 dan mendapat persetujuan dari DPRD Tingkat I Kalimantan
Selatan yang dituangkan dalam persetujuan DPRD No. 162/112/DPRD,
tanggal 28 Maret 1990.


Dengan
dijadikannya Bekantan sebagai maskot daerah Kalimantan Selatan, maka
pulau Kaget sebagai habitat Bekantan mempunyai nilai strategis baik
sebagai simbol daerah maupun sebagai tempat wisata. Oleh karena menjadi
habitat dari satwa yang dilindungi dan menjadi simbol daerah, maka
Cagar Alam Pulau Kaget menjadi salah satu tujuan wisata alam tidak saja
dari Kalimantan Selatan dan daerah lain di Indonesia tetapi juga
manca-negara.


Namun
sayang, penebangan liar dan pencemaran lingkungan menyebabkan kondisi
alam pulau ini cukup kritis. Salah satu jenis pohon yang kondisinya
semakin kritis adalah pohon Rambai Padi (sonneratia caseolaris) yang merupakan sumber makanan bagi Bekantan, sehingga menyebabkan jumlah satwa ini semakin hari semakin sedikit.


B. Keistimewaan


Berkunjung
ke tempat ini, para pengunjung akan menjumpai satwa yang dilindungi,
Bekantan. Perlindungan terhadap satwa ini dapat dilihat pada peraturan
perundang-undangan, yaitu: Peraturan Perlindungan Binatang Liar No. 266
Tahun 1931, UU No. 5 Tahun 1990, SK Menteri Kehutanan No.
301/Kpts-II/1991, SK Menteri Kehutanan No. 882/Kpts-II/1992, dan PP No.
7 Tahun 1999. Secara internasional, satwa ini dikategorikan rentan
dalam IUCN (International Union for Conservation of Nature and Natural Resources) Red Data Book dan dimasukkan ke dalam Appendix I CITES (Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Flora and Fauna).


Pengunjung
yang memasuki kawasan pulau ini, khususnya yang berkunjung pertama
kali, akan terkaget-kaget atau akan merangkul temannya ketika secara
tiba-tiba dari rerimbunan pepohonan terdengar suara
nguuuk….nguuuuk, nguuuuuuk….
dari kera-kera yang jumlahnya ratusan. Kekagetan ini akan menyebababkan
para pengunjung akan selalu teringat pada Bekantan yang ada di Pulau
Kaget. Selain itu, pengunjung juga akan semakin terpesona menyaksikan
kelincahan binatang-binatang yang terkenal pemalu dan hanya berada di
Pulau Kalimantan ini berlompatan kegirangan dari satu pohon ke pohon
yang lain.


C. Lokasi


Pulau Kaget termasuk wilayah administratif Kecamatan Tabunganen, Barito Kuala, Kalimantan Selatan.


D. Akses


Dari Kota Banjarmasin, pengunjung dapat menggunakan speed boat dengan waktu tempuh sekitar 15 menit atau sekitar 1,5 jam dengan menggunakan kelotok.


E. Tiket Masuk Lokasi


Dalam proses konfirmasi


F. Akomodasi dan fasilitas lainnya


Dalam proses pengumpulan data.


(Ahmad Salehudin/wm/04/01-08)





by www.wisatamelayu.com